Tari Ando-Ando

Ando-ando adalah tarian dari suku Moronene di Buton. Sulawesi Tenggara. Suku ini mendiami ujung selatan daratan Sulawesi Tenggara dan pantai utara Pulau Muna. Mantra dan doa yang dilantunkan selama tarian berlangsung adalah hal yang paling penting dalam tarian ini. Tari ini dilakukan biasanya sebagai pemenuhan nazar atau janji jika seseorang telah sembuh dari penyakitnya.

Sejarah

Berdasarkan penuturan dari tradisi lisan setempat tari ini diciptakan oleh seorang dukun atas ilham yang didapatkannya dari mimpi untuk menyembuhkan putera raja Moronenen, Mokole Rumbia yang waktu itu sedang sakit keras. Dalam mimpinya Sang Dewa turun ke bumi dan mengatakan apabila putra raja ingin sembuh, ia harus mengadakan pesta besar yang ramai sambil mengajukan pemujaan kepada Dewata Yang maha Kuasa. Setelah diceritakan perihal mimpinya tersebut, Sang raja kemudian mengadakan pesta besar dan mempersembahkan suatu tarian pemujaan kepada Dewata, tarian ini yang kemudian dikenal dengan Tari Ando-ando.[1]

Sampai sekarang tari ini masih diselenggarakan.

Ritual Tari

Tari Ando-ando itu sendiri diiringi dengan lagu dan syair dalam bahasa Moronene yang bunyi dan terjemahannya adalah sebagai berikut

- Ando-ando ranando, Resahku aku, tabea damontoe Somba dati datuha ( Ya, tolonglah, Turunkanlah rahmatmu, Engkaulah yang lebih tinggi)

- Palangga bubu tola, Timbi ngkobue-bue, Tahako akuo wengkan ( Tergantung segala harapan, Yang Tak dapat dijangkau, Limpahkan karuniamu kepadaku)

Gerakan-gerakan dalam tari ini sangat sederhana dan dianggap sekunder, unsur keyakinan merupakan faktor primer dalam tarian tersebut. Penari yang melakukan tari ini terdiri dari dari empat pasang pemain, masingmasing empat orang pria dan empat orang wanita. Penari pria memakai baju lengan panjang, celana sampai di lutut, dan daster yang dulunya terbuat dari seludang pinang. Penari wanita memakai baju kombo (pakaian adat) suku Moronene, dan sanggul berikat yang disebut tala.[2]

Referensi

  1. ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981. hlm. 26–27. 
  2. ^ TAKASI, RUSPAN; M.Hum, ARIS (2012). "HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INDONESIA SD KELAS TINGGI BERBASIS BUDAYA SEBAGAI ANTISIPASI KONFLIK ETNIK DI KOTA KENDARI" (PDF). UT KENDARI.  line feed character di |title= pada posisi 62 (bantuan)
  • l
  • b
  • s
Tarian Indonesia
Sumatra
Aceh
  • Laweut
  • Likok Pulo
  • Pho
  • Rabbani Wahed
  • Ranup lam Puan
  • Geleng
  • Rateb Meuseukat
  • Ratoh Duek
  • Rencong
  • Seudati
  • Tarek Pukat
Alas-Kluet
  • Landok Sampot
  • Landok Alun
  • Mesekat
  • Tari Pelabat
Batak
  • Karo
    • Gundala-Gundala
    • Guro-Guro Aron
    • Ndikkar
    • Piso Surit
  • Mandailing
    • Endeng-endeng
    • Sarama Datu
  • Toba
    • Tortor
Gayo
Kerinci
Lampung
Melayu
Mentawai
  • Turuk
    • Laggai
    • Pokpok
    • Uliat Bilou
    • Uliat Manyang
Minangkabau
Nias
  • Bölihae
  • Fahimba
  • Famanu-manu
  • Fanari Moyo
  • Fatele
  • Hiwö
  • Maena
  • Maluaya
  • Manaho
  • Mogaele
Palembang
Rejang, Kaur,
Mukomuko,
dan Serawai
Singkil
Tamiang
Bantenan
Betawi
Cirebon-Indramayu
Jawa
Madura
  • Blandaran
  • Muang Sangkal
Sunda
Banjar
Bulungan
  • Jugit Demaring
Dayak
Melayu Kalimantan
Paser
Tidung
  • Ambi
  • Bangun
  • Jepin Kinsat Suara Siam
  • Liaban
Alor
  • Lego-Lego
Bali
Bima dan Sumbawa
Flores
Sasak
Sumba
  • Kabokang
  • Kandingang
  • Ningguharama
  • Kataga
  • Woleka
Timor
Bugis, Makassar,
Bone, dan Luwu
Buton, Muna, dan Wakatobi
Gorontalo
  • Dana–dana
  • Elengge
  • Langga
  • Mopohuloo/Modepito
  • Sabe
  • Saronde
  • Tanam Padi
  • Tidi Lo Malu
  • Tulude
Mandar
Minahasa
Bolaang dan Mongondow
Padoe
Bare'e, Pamona, dan Kaili
Sangihe, Talaud,
dan Siau Tagulandong
Biaro
  • Alabadiri
  • Gunde
  • Mesalai
  • Ransansahabe
  • Tari Salo
  • Upase
Toraja
Arfak
Asmat
Biak
Dani
Fakfak
Isirawa
Mimika (Kamoro)
Kep. Maluku Tengah dan Selatan
Kep. Maluku Utara
Moi
Sentani
Serui dan Waropen
Lain-lain
India-Indonesia
Arab-Indonesia
Tionghoa-Indonesia
Eropa-Indonesia
Kategori