Ezra 4

Ezra 4
"Kitab Ezra" (Kitab Ezra-Nehemia) (memuat Kitab Ezra dan Nehemia) lengkap pada Kodeks Leningrad, dibuat tahun 1008.
KitabKitab Ezra
KategoriNevi'im
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
15
pasal 3
pasal 5

Ezra 4 (disingkat Ezr 4) adalah bagian dari Kitab Ezra dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Memuat riwayat orang-orang yang pulang dari pembuangan ke Babel menurut catatan Ezra. Dalam Alkitab Ibrani termasuk dalam bagian Ketuvim (כְּתוּבִים, "tulisan").[1][2]

Teks

  • Naskah sumber utama: Masoretik, Septuaginta dan Naskah Laut Mati.
  • Pasal ini terdiri dari 24 ayat.
  • Berisi kisah terhambatnya pembangunan Yerusalem oleh perlawanan

Struktur

  • Ezra 4:1–5 = Pembangunan Yerusalem terhambat oleh perlawanan sampai pemerintahan raja Darius
  • Ezra 4:6 = Surat kepada raja Ahasyweros
  • Ezra 4:7–16 = Surat kepada raja Artahsasta
  • Ezra 4:17–23 = Surat jawaban raja Artahsasta
  • Ezra 4:24 = Pembangunan terhenti sampai pemerintahan raja Darius

Ayat 1

Ketika lawan orang Yehuda dan Benyamin mendengar, bahwa orang-orang yang pulang dari pembuangan itu sedang membangun bait suci bagi TUHAN, Allah Israel,[3]

Ayat 2

Maka mereka mendekati Zerubabel serta para kepala kaum keluarga dan berkata kepada mereka: "Biarlah kami turut membangun bersama-sama dengan kamu, karena kamipun berbakti kepada Allahmu sama seperti kamu; lagipula kami selalu mempersembahkan korban kepada-Nya sejak zaman Esar-Hadon, raja Asyur, yang memindahkan kami ke mari."[4]

"Lawan orang Yehuda" (kemungkinan yang dimaksud adalah orang Samaria, lihat 2 Raja–raja 17:24–34), musuh-musuh Allah, berusaha untuk menyusup di antara orang Yahudi dan mengacaukan pembangunan Bait Suci dengan berpura-pura kesatuan dan tawaran untuk bersama-sama memajukan pekerjaan Tuhan.

  • 1) Lawan orang Yehuda (Ezra 4:1) menyatakan bahwa mereka menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan Allah seperti orang Yahudi. Akan tetapi, mereka juga mempertahankan dewa-dewa mereka sendiri dan tidak menerima Firman Allah yang tertulis sebagai kekuasaan mendasar bagi umat-Nya (lihat 2 Raja-raja 17:24). Tawaran bantuan yang memperdayakan itu adalah suatu komplotan jahat untuk melemahkan iman dan komitmen kaum sisa yang dipulihkan itu.
  • 2) Alkitab mengingatkan bahwa Iblis akan berusaha untuk memutarbalikkan berita Allah dan mendatangkan kehancuran rohani kepada kaum sisa kudus Allah melalui tawaran kerja sama dari orang percaya palsu yang tidak setia kepada penyataan Firman Allah yang diilhamkan (lihat Matius 24:24; Kisah Para Rasul 20:27–31; 2 Korintus 11:13–15; Wahyu 2:1–3:22).
  • 3) Kesatuan di antara orang-orang yang menyembah Tuhan adalah suatu ajaran alkitabiah yang penting, tetapi kesatuan itu harus dilandaskan pada iman yang sungguh-sungguh, kebenaran yang taat, serta kesetiaan kepada kebenaran Allah yang telah dinyatakan (lihat Efesus 4:3, 5, 11, 13).[5]

Ayat 5

Bahkan, selama zaman Koresh, raja negeri Persia, sampai zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia, mereka menyogok para penasihat untuk melawan orang-orang Yehuda itu dan menggagalkan rancangan mereka.[6]

Ayat 6

Pada zaman pemerintahan Ahasyweros, pada permulaan pemerintahannya, mereka menulis surat tuduhan terhadap orang-orang yang telah menetap di Yehuda dan di Yerusalem. (TB)[7]

Ayat 7

Dan pada zaman Artahsasta ditulislah surat oleh Bislam, Mitredat dan Tabeel serta rekan-rekannya yang lain kepada Artahsasta, raja negeri Persia. Naskah surat itu ditulis dalam bahasa Aram dengan terjemahannya. (Dalam bahasa Aram:) (TB)[8]

Ayat 9

--Pada waktu itu ditulislah surat itu oleh Rehum, bupati, dan Simsai, panitera, serta rekan-rekan mereka yang lain, para hakim dan punggawa dan pegawai-pegawai, orang Persia, orang-orang dari Erekh, dari Babel serta orang-orang dari Susan, yaitu orang-orang Elam, (TB)[9]

Ayat 10

Dan bangsa-bangsa lain, yang oleh Asnapar yang agung dan mulia itu dipindahkan dan disuruh menetap di kota Samaria dan di daerah yang lain sebelah barat sungai Efrat.[11]

Ayat 18

[Maka raja Artahsasta mengirim surat jawaban ini:] "Surat yang kamu kirim kepada kami, telah dibacakan kepadaku dengan jelas."[12]
Teks aslinya, bahasa Aram dengan huruf Ibrani: נשתונא די שלחתון עלינא מפרש קרי קדמי׃
Transliterasi: niš·tə·wā·nā šə·laḥ·tūn ‘ă·le·nā; mə·p̄ā·raš qĕ·rî qā·ḏā·māy.

Kata "dengan jelas" ini merupakan terjemahan dari kata bahasa Aram mə·p̄ā·raš yang makna harafiahnya "(dengan) diterjemahkan".

Ayat 24

Pada waktu itu terhentilah pekerjaan membangun rumah Allah yang di Yerusalem, dan tetap terhenti sampai tahun yang kedua zaman pemerintahan Darius, raja negeri Persia.[13]

Pekerjaan di Bait Suci terhenti tidak lama sesudah dimulai pada tahun 538 SM dan baru dimulai lagi 18 tahun kemudian, pada tahun 520 SM.[5]

Raja-raja Persia

Dalam pasal ini diberikan urutan pemerintahan raja-raja Persia dari dinasti Akhemeniyah dan identifikasi yang diterima kebanyakan pakar sejarah, beserta tahun-tahun pemerintahannya:

Urutan ini sesuai dengan daftar raja-raja Persia yang dicatat oleh sejarawan Babel, Yunani dan Mesir.

Identifikasi ini masih dapat berubah mengingat nama-nama para raja tersebut menurut sejumlah pakar bukanlah nama pribadi melainkan hanyalah "gelar umum" yang dapat dipakai oleh lebih dari satu orang (misalnya sepeti "shah", "sultan" atau "kaisar").[14] Dr. Bullinger memberikan keterangan sebagai berikut:[15]

"Perlu dicatat bahwa kebingungan yang dialami sampai sekarang ini timbul dari fakta bahwa sebutan (appellative) disalahartikan sebagai nama pribadi (proper name); selain dari kebingungan yang timbul karena alihaksara (transliteration) atau terjemahan (translation) ke dalam bahasa-bahasa lain.
Sebutan-sebutan ini, seperti "Firaun" (Pharaoh) dan "Abimelekh", adalah gelar umum bagi garis keturunan raja-raja, seperti dalam zaman modern "Tsar" (Czar), "Sultan", "Shah" dan sebagainya. Karenanya:
  • "AHSUERUS" (Ahasyweros) berarti "Sang Kuasa" (the Mighty) dan “merupakan nama, atau sebenarnya "gelar", empat raja Madai dan Persia” (Kitto, Bib. Encycl. I, p. 91). “Dalam setiap kasus, identifikasi orang yang dinamai demikian menimbulkan sejumlah kontroversi” (The Encyclopedia Britannica, 11th (Cambridge) edition, vol. I, p. 429).
  • "ARTAXERXES" (Artahsasta) berarti "Raja Agung" atau "Kerajaan Agung", dan merupakan sinonim dari "Artachashast" (Arta = Agung, dan Kshaatza = Kerajaan, sekarang dipakai dalam istilah “Shah”)…
  • "DARIUS" berarti "Pengendali" (Restrainer) (Herodotus, VI. 98); atau menurut Professor Sayce, "Pemelihara" (Maintainer). DARIUS “rupanya berasal dari sebutan yang berarti "raja", "penguasa" (Herbelot, Biblioth. Orient., Article ‘Dara’); Herodotus (VI. 98) mengejanya sebagai "Erxeies" = "Pemaksa; Penggerak" (Coercer). “Dianggap sebagai nama tahta ("throne-name") oleh Ochus (= Darius Nothus), putra dan penerus tahta Artaxerxes Longimanus (Catesias, de Reb. Pers., 48, 57, Muller)”. See Kitto, Bib. Cycl., vol. I, p.625.
  • "XERXES" (Ahasyweros), dalam inskripsinya di kota Persepolis, sebenarnya menyebut dirinya "Darius"; sebuah alinea dimulai dengan “Xerxes raja agung, “ dan alinea berikutnya dimulai dengan ‘Darius sang raja.’”[15]
  • Flavius Yosefus, sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, menulis bahwa “…Ketika surat itu (dari Cambyses) dibacakan, Rathumus, dan Semellius juru tulis, dan teman-teman mereka, langsung naik kuda dan cepat-cepat pergi ke Yerusalem; mereka juga membawa serta sejumlah besar orang, dan melarang orang-orang Yahudi membangun kota dan Bait Suci.”[16]

Berdasarkan keterangan tersebut ada pakar yang berpendapat bahwa urutan raja-raja dalam pasal ini adalah:

Selain didukung oleh keterangan dari Flavius Yosefus yang mengindikasikan surat dari Kambisus II, yang pada waktu surat itu dibuat sebenarnya sudah digulingkan tahtanya oleh Bardiya (memakai gelar "Artahsasta"), juga disebutkan bahwa pada "tahun ke-2 pemerintahan Darius raja Persia" nabi Hagai menyampaikan firman Tuhan kepada Zerubabel dan imam besar Yesua bin Yozadak.[17] Zerubabel dan Yesua, yang berangkat pulang dari pembuangan ke Yerusalem pada zaman raja Koresh Agung, masih hidup pada zaman raja Darius I, bukan pada zaman raja Darius II yang memerintah (423 - 405 SM) lebih dari seabad kemudian.[18]

Referensi

  1. ^ W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
  2. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  3. ^ Ezra 4:1
  4. ^ Ezra 4:2
  5. ^ a b The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  6. ^ Ezra 4:5
  7. ^ Ezra 4:6 - Sabda.org
  8. ^ Ezra 4:7 - Sabda.org
  9. ^ Ezra 4:9 - Sabda.org
  10. ^ Newton, Sir Isaac; Pierce, Larry; Pierce, Marion (2009) [1728], Newton's Revised History of Ancient Kingdoms: A Complete Chronology, New Leaf Publishing Group, hlm. 155, ISBN 978-0-89051-556-3 
  11. ^ Ezra 4:10
  12. ^ Ezra 4:18
  13. ^ Ezra 4:24
  14. ^ a b (Inggris) Menghitung tarikh peristiwa dalam Kitab Ezra dan Nehemia Diarsipkan 2023-07-16 di Wayback Machine.
  15. ^ a b Dr. E.W. Bullinger The Companion Bible: Appendix 57
  16. ^ Josephus – “Antiquities of the Jews:” Book XI, Chap.2:2.
  17. ^ Hagai 1:1
  18. ^ Ezra 2:1–2

Lihat pula

Pranala luar

  • (Indonesia) Teks Ezra 4 dari Alkitab SABDA
  • (Indonesia) Audio Ezra 4
  • (Indonesia) Referensi silang Ezra 4
  • (Indonesia) Komentari bahasa Indonesia untuk Ezra 4
  • (Inggris) Komentari bahasa Inggris untuk Ezra 4
  • iconPortal Kristen
  • Portal Yahudi
Tempat
Tokoh
Sumber
Alkitab Ibrani • Septuaginta • Latin Vulgata • Versi Terjemahan Baru • Versi Wycliffe • Versi King James • Versi American Standard • Versi World English